Kamis, 24 November 2011

Bacaan Al-Qur’an mampu merangsang IQ anak

Ketika bacaan ayat-ayat Kitab Suci itu diperdengarkan dekat mereka, teryata Al-Qur’an mampu merangsang tingkat inteligensia (IQ) pada anak. Dr. Nurhayati , seorang Dokter dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an pada bayi yang baru lahir dalam sebuah Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam. Menurutnya, bayi yang berusia 48 jam akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang.

Dengan mendengarkan lantunan Al-Quran, detak jantung bayi menjadi teratur. Apalagi jika dibacakan langsung oleh orang tuanya, terutama Ibunya. Jadi bukan hanya bacaan murotal yang ditempelkan ke perut sang Ibu, namun lebih afdhol lagi sang Ibu yang melantunkan sendiri tilawah Al-Quran. Al-Quran menimbulkan rasa cinta kepada Tuhannya. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat.


Ternyata ketika Al-Qur’an diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, Al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak. Komposisi yang kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Oleh karena itu penting sekali bagi orang tuan untuk bisa ilmu tajwid. Paling tidak Tahsin Quran harus baik.Kalau berniat menjadikan anak sebagai ahlul Quran tentu niat saja tidak cukup, tapi orang tua harus terlibat.

Ingat, neoron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya bak “disket kosong siap pakai”. Berarti, siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan sernakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neoron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neoron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar.

Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Makanya para pakar perkembangan anak menyebut usia balita sebagai golden age bagi perkembangan inteligensia anak.

Memang bila orangtua tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan jalan membantu dari belakang, maka tetap tidak akan mempengaruhi kemampuan otak anak dalam menganyam neoron, karena kesempatan untuk memperkuat koneksi otak terbuka luas selama masa anak-anak. Tetapi tentu akan semakin baik bila orangtua pun ikut aktif membantu.

Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah mulai bekerja yang hasilnya merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya pendengaran lebih dulu. Jadi, selama masa itu penting sekali untuk selalu menghadirkan lingkungan kondusif dan baik bagi perkembangan otaknya. Hilangnya lingkungan ini hanya akan membuat otak menderita dan menganggur yang gilirannya mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

Dalam kaitan upaya meningkatkan pribadi Muslim, seyogyanya bayi sudah diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sejak dalam rahim. Jadi, bila ada anjuran kepada ibu-ibu hamil untuk rajin membaca Al-Qur’an menjelang bersalin, itu ada dasar ilmiahnya juga. Makin baik dan benar bacaan itu, makin baik hasilnya. Tujuannya tentu saja bukan mengajak bayi memahami substansi atau makna kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi memperkuat daya tangkap/konsentrasi otak bayi. Sehingga akan semakin mudahlah ia menghafal ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya ketika sudah memasuki masa belajar.

Di salin dari http://azansite.wordpress.com dengan beberapa tambahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar